Foto: Koleksi Pribadi |
“Aku lemas
Tetapi berdaya” _ Rendra, 2009
Penggalan puisi terakhir yang ditulis alm. WS. Rendra di atas kertas dengan tulisan tangannya, selalu membangunkanku dari kesuntukan sehari-hari. Setiap kali aku sadar atas kelemahan dan ketakberdayaan dalam hidup, senantiasa aku ingat bait puisi sajak itu. Aku yaki, jika ruh dan semangat dalam diri dapat kurengkuh dan aku mampu menyatakannya dengan ruh dan semangatku. Maka, tak lain adalah jalan terang yang akan hadir di jalanku esok dan seterusnya.
Aku bersyukur karena menemukan ruhnya yang abadi. Meski keinginan untuk berjumpa tak tercapai dengannya yang bijaksana. Tetapi apalah artinya pertemuan ragam apabila batin dan nurani tidak bertemu? Bukankah setiap bentuk, fisik dan raga akan musnah? Dan aku tak akan pernah menyangsikan hal itu. Sebab setiap kita mesti meyakini bahwa, ruh itulah yang akan abadi. Sebagaimana ruhnya yang kuimpikan hadirnya dan menunjukkan jalan bagi kehidupan dan kemanusiaanku di atas porak poranda situasi dan keadaan yang seolah-olah tak memiliki masa depan.
Tetapi, aku tahu satu hal dari hidup ini bahwa, “setiap perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”. Begitu yang diyakini si burung merak. Dan aku akan meneruskannya.
Yogyakarta, 04-03-2013
Tersindir Si Burung Merak
Reviewed by Unknown
on
12:52:00 AM
Rating:
No comments: