Contoh Surat Keabadian (Surat Satu)

Koleksi Pribadi: Diambil dari Film
Oleh : Selendang Sulaiman

Adikku yang santun dan bijaksana, aku tulis surat ini sebab kedua mataku terlanjur basah dan belum bisa terlelap sampai malam larut sepengap ini. Sementara pedihnya diri kian akut terpagut oleh trauma. Bahkan, aku benar-benar tak dapat menepis bayangan wajah tangismu yang sedih olehku. Semoga kamu sudah tertidur indah malam ini dan lebam kedua kelopakmu sudahlah sembuh.

Lantaran kesucian pesona jiwamu, aku mengahdirimu atas nama cinta. Cinta yang selama ini aku titipkan pada malam dan sepi yang mengerti setiap hadirmu. Meski aku tahu kau tiada akan mendapatkan isyarat dan tandanya. Tetapi aku yakin kamu akan mengerti isi prosa yang kukutip dari buku seorang penyair. Aku sengaja memilihkannya untukmu. Aku ingin sekali berucap padamu lewat bahasa dan kalimat yang begitu santun aku baca. Maka bacalah dengan hati gembira:
.
Aku hendak menjelangmu dengan mempelajari ucapan dan tanda, dengan merenungi isayarat dan sasmita, sejak dulu kala.

Aku mencoba mempelajari rahasia yang kaupunya. Kucari gerbang bila engkau adalah istana. Kususur sungai bila engkau adalah muara. Bahkan, aku berusaha melepaskan diri dari lingkaran fana bila engkau adalah moksa. Dan semua yang kuperoleh hanyalah percuma.

Dengan segala tekad dan hasrat, aku terus menjelangmu. Dengan semangat angin mencari arah, seperti hulu mencari hilir, dan semangat api membakar dingin, aku tetap mencarimu karena terlanjur menitipkan separuh hatiku kepadamu.

Seperti semangat budak mendambakan kebebasan, seperti semangat filosof mencari kebenaran, dengan semangat Ibrahim mencari sepi Hajar, aku terus menjelangmu. Hingga pada akhirnya, kutemukan jalan keajaiban, misteri, dan keindahanmu.

Karena engkau adalah pesona, maka aku mencarimu dengan cinta.

Adikku yang santun dan bijaksana, entah bagaimana rahasia mula penciptaan itu dapat terpahami. Sebagaimana cinta yang tiba-tiba tumbuh subur dan bersemi setiap wakti di kebun jiwaku untukmu. Apabila kau hadir dengan senyuman yang senantiasa aku rindu, senyummu menjelma pupuk yang kian menyuburkan tumbuh cinta di tanahku yang gambur. Aku terlampau sungguh menitip separuh hatiku untukmu. Entah bagaimana mulanya. Engkau begitu cepat hadir dan menyelinap tanpa aku tahu. Kau sudah aku temukan bermukim di ruang istirahku yang sunyi dan gelap. Kedua bola matamu mencipta cahaya yang tak pernah padam. Aku bahagia meski kau tak hadir dalam nyata.

Adikku, sejak pertama dan entah untuk yang keberapa pertemuan asing itu terjadi. Persis wahyu dan mukjizat para nabi bentuk kehadiranmu kepadaku. Aku menjadi bisu dan kehilangan kata-kata untuk mensyukurinya. Bahkan aku tak mengerti sekian isyarat dan tandanya. Aku hanya yakin jika yang hadir melingkupi hidupku adalah kebahagiaan yang Tuhan limpahkan kepadaku melalui hadirmu.

Malam ini, aku tulis surat sederhana ini padamu. Surat tanpa harapan dan impian yang mesti kau kabulkan setiap isinya. Surat ini tak lain dari ungkapan kesedihan yang menyekap siang-malamku setelah peristiwa terburuk itu terjadi. Betapa bodohnya aku, betapa rapuhnya hatiku dan betapa aku telah melukai kebersamaan kita yang damai. Sungguh, jika ada penyesalan terbesar dalam sejarah peradaban manusia, maka tak akan sebesar penyesalanku kini.

Adikku, sesungguhnya aku sudah bahagia memilikimu cukup di hatiku. Meski tanpa harus ada pertemuan. Bahkan dengan hanya mengenangmu, kesejukan dan kedamaian sudah tercipata di lubuk jiwaku. Tetapi, entah kenapa, aku salalu saja ingin menjalin pertemuan rahasia denganmu. Jika akhirnya, aku harus melakukan kebodohan yang tiada dapat kuampuni kini. Ketahuilah, karena kerapuhanku sendiri, aku kini tersiksa setiap bayang-bayang air matamu menetes dari kelopak mataku.

Adikku, entah dengan kata dan kalimat semacam apa, aku dapat menyampaikan maksud dari hatiku padamu kini. Setelah engkau tak lagi dapat mempercayai setiap ungkapa-ungkapan dari bibirku yang kotor dan munafik ini.

Adikku yang santun dan bijaksana, selain kebahagiaanmu, tiada yang dapat menghibur kesedihan hatiku. Kedukaan hidup akan aku jalani sebagai bagian dari kebodohan dan kerapuhan perasaanku sendiri. Aku tidak akan meminta apapun darimu. Selain kebahagiaanmu yang tanpa air mata.

Adikku, tak perlu kau bingung, karena itu hanya akan membuatmu semakin terpuruk. Biarlah aku saja yang menjalani kesakitan hidup yang aku perbuat sendiri. Dan aku akan berdoa kepada Tuhan, jika masih ada kata-kata yang dapat Tuhan dengar dari bibirku:

”Tuhan, limpahkanlah kebahagiaan lahir batin di kehidupan perempuanku yang santun dan bijaksana, kini dan seterusnya.”


Dariku yang jahat si buruk sikap

01:21/30-08-2013

Contoh Surat Keabadian (Surat Satu) Contoh Surat Keabadian (Surat Satu) Reviewed by Unknown on 1:11:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.