KEBIJAKAN POLITIK SULTAN SULAIMAN AGUNG (1520 -1566)

Sumber Foto: departemenperang.blogspot.com
Oleh Ach. Sulaiman (Selendang Sulaiman)

BAB I
Pendahuluan

Latar Belakang Masalah
Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan Islam yang besar dalam sejarah peradaban Islam bahkan di dunia. Kekuasaan Turki Usmani memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Isalm di Asia, Afrika, dan Eropa. Sehingga sejarah ditulis oleh para sejarawan bahwa bangsa Turki memiliki peran yang sangat penting dalam perkermbangan peradaban Islam.[1] Turki Usmani merupakan salah satu dinasti Islam yang dapat mendirikan kerajaan paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Usman, bukan hanya negara-negara Arab yang dikuasai, tetapi seluruh daerah antara Kaukasus dan kota Wina. Dari Istambul,  mereka menguasai daerah-daerah di sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki merupakan faktor penting dalam perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat.

Puncak kejayaan dinasti Turki Usmani ketika dipimpin oleh cucu Al-Fatih yakni, Sultan Sulaiman yang Agung atau yang dikenal dengan julukan Al-Qanuni. Sultan Sulaiman sebenarnya merupakan penerus dari Al-Fatih (kakeknya) dan Salin I, ayahnya sendiri. Mulai dari bidang strategi perluasan wilayah dan ekspansi ke wilayah barat dan timur bahkan melampaui peta perluasan yang dilakukan pada masa Al-Fatih dan Salim I. Sultan Sulaiman berhasil menguasai daerah-daerah yang berada di sekitar kekuasaannya. Keberhasilannya tersebut ditopang oleh kekuatan meliter yang kuat sejak masa sebelumnya. Selain itu, sultan Sulaiman juga memiliki strategi politik yang baik dalam mempertahankan kekhalifaannya, daerah kekuasaannya dan mempertahankan daerah ekspansinya.
Sejarah Islam mencatat kiprah dan pejuangan Sultan Sulaiman dengan tinta emas sebagai penguasa Muslim tersukses dalam khazanah sejarah Islam. Di abad ke-16 M, penguasa Kekhalifahan Usmani Turki itu menjadi pemimpin yang sangat penting di dunia, baik di dunia Islam maupun Eropa. Dengan adanya catatan sejarah tersebut, penting untuk diketahui fakta sejarah tentang strategi politik dan kebijakan politk-hukum yang diberlakukan oleh Sultan Sulaiman, sehingga Turki Usmani mengalami puncak kejayaan di masanya.



BAB II
Pembahasan

A.    Biografi Singkat Sultan Sulaiman al-Qonuni
Sultan Sulaiman popular dengan gelar Al-Qanuni, adalah Khalifah Turki Usmani yang sukses membawa dinasti pada puncak kejayaan. Sultan Sulaiman dalam peradaban bangsa barat disebut sebagai pemimpin Muslim yang bergelar 'Solomon the Magnificient' atau 'Solomon the Great'.[2] Bahkan Sulaiman tersohor sebagai negarawan Islam yang terulung di zamannya. Kharisma kepemimpinannya yang begitu harum membuat Sulaiman dikagumi kawan dan lawan.
Sulaiman lahir di Trabzon, kawasan pantai Laut Hitam pada tanggal 6 November 1494. Sulaiman adalah putra Sultan Salim I dan merupakan cucu khalifah Al-Fatih. Sejak kecil, dia sudah didik sang ayah pelajaran dan ilmu seni berperang serta seni berdamai. Menginjak usia tujuh tahun, Sulaiman cilik dikirim ke sekolah Istana Topkapi di Istanbul. Di sekolah itu, dia mempelajari beragam ilmu pengetahuan seperti, sejarah, sastra, teologi serta taktik militer. Meski berdarah ningrat dan putera mahkota sebuah kesultanan yang sangat besar, sejak muda Sulaiman sudah sangat merakyat. Sahabat dekatnya justru adalah seorang budak bernama, Ibrahim. Kelak, sahabatnya itu menjadi penasehat yang amat dipercayainya. Sebelum menduduki tahta kesultanan Usmani, pada usia 17 tahun dia ditunjuk sang ayah untuk menjadi gubernur pertama Provinsi Kaffa (Theodosia), pada hahun 1511. Lalu setelah itu, dia diuji dengan menduduki jabatan Gubernur Sarukhan (Manisa) dan kemudian memimpin masyarakat di Edirne (Adrianople). Delapan hari setelah sang ayah (Sultan Salim I) tutup usia, pada 30 September 1520 M, Sulaiman naik tahta menjadi sultan ke-10 Kesultanan Usmani, pada usia 25 tahun.
Seorang utusan dari Venesia, Bartolomeo Contarini dalam catatan perjalanannya ke Istanbul Turki menggambarkan sosok Sultan Sulaiman. Menurut Contarini, saat itu Sulaiman baru berusia 22 tahun. ''Postur tumbuhnya tinggi, tapi kurus dan kuat serta corak kulitnya lembut,'' tutur Contarini. Selain itu, sang sultan digambarkan memiliki leher yang sedikit lebih panjang dan wajahnya yang tipis serta hidungnya bengkok seperti paruh rajawali.[3] ''Dia adalah pemimpin yang bijaksana, sangat cinta pada ilmu. Sehingga semua orang berharap banyak dari kepemimpinannya,'' Contarini memuji akhlak Sultan Sulaiman I. Sebagian sejarawan mengklaim pada masa remajanya mengagumi Aleksander Agung. Menurut sejarawan, Sulaiman sangat terpengaruh oleh visi Aleksander dalam membangun sebuah kerajaan yang dapat berkuasa dari Timur hingga Barat. Sehingga, pada masa pemerintahannya terbilang sangat panjang, jika dibandingkan dengan Sultan-Sultan Ottoman lainnya. Selama berkuasa selama 46 tahun, Sultan Sulaiman begitu banyak mencapai kemenangan dalam berbagai peperangan. Sehingga, wilayah kekuasaan Kesultanan Usmani terbentang dari Timur ke Barat.
Pada tahun 1521, Sulaiman telah berhasil menguasai Beograd, kini ibukota Yugoslavia. Tahun 1522 berhasil menguasai ibu kota Hongaria, Rhodos dari Ksatria Santo Yohanes. Selanjutnya ko Budapest, Hongaria dapat direbut di tahun 1524. Kurang lebih tujuh tahun kemudian, tahun 1531 pasukan Sultan Sulaiman meraih kemenangan dalam perang melawan Austria. Dilanjutkan pada tahun 1532 yang mampu memimpin perang melawan Raja Spanyol, yaitu Karel V. Kemudian tahun 1533, Sulaiman mengumumkan penerimaan tawaran damai dengan Prancis. Di tahun 1535 mencapai kesepakatan damai dengan Prancis di kota Baghdad, Irak. Sebelumnya, tahun 1534Sultan Sulaiman mampu membangun armada laut yang pertama untuk menghadapi perlawanan pasukan Kaisar Karel V. Tahun 1537, Sulaiman memerintahkan Admiral Khairuddin Barbarossa untuk menguasai Laut Aijah yang terletak di antara Turki dan Yunani dalam tempo tiga tahun. Dan dilanjutkan pada tahun 1547, pasukan Turki Usmani yang dikirim Sultas Sulaiman, berhasil mengepung pantai Italia dan menguasai pelabuhan Nicea. Puncaknya pada tahun tahun 1548, Sultan Sulaiman menguasai Gharan.
Sultan Sulaiman telah menunjukkan kesuksesannya dalam melakukan ekspansi ke daratan eropa melanjutkan ayah dan kekeknya. Jasa besarnya ketika menjadi pemimpin dinasti Turki Usmani adalah suksesnya menyebarkan ajaran Islam hingga ke tanah Balkan di Benua Eropa yang meliputi Hongaria, Beograd, dan Austria, bahkan sampai di benua Afrika dan kawasan Teluk Persia.[4] Dengan kekuasaannya tersebut, Sulaiman menerapkan syariat Islam dalam memimpin rakyat yang tersebar di daratan Eropa, Persia, Afrika, serta Asia Tengah. Selain itu, Sulaiman juga berhasil menyusun dan mengkaji sistem Undang-undang Kesultanan Turki Usmani yang secara konsisten dan tegas dijalankannya sendiri, menjadi pengatur berjalannya Pemerintahan. Sehingga dengan jasanya menciptakan undang-undang yang diterapkannya, dianugrahkanlah gelar al-Qanuni, yang melekat pada nama besarnya.
Selain di bidang pemerintahan dan kebijakan politik dan penerapan hukum-hukum yang berlandaskan syariat Islam, Sultan Sulaiman juga turut memajukan kebudayaan. Selain sebagai pemimpin yang tangkas dalam menjalankan stratege politik merebut wilayah kekuasan, ia juga pemimpin yang mencintai seni dan kebudayaan. Sultan Sulaiman disamping menduduki tahta Kesultanan, ia juga tampil sebagai salah seorang penyair yang hebat dalam peradaban Islam. Pada era kekuasaannya, Istanbul - ibukota Usmani Turki menjadi pusat kesenian visual, musik, penulisan serta filasafat. Sehingga tidak mengherankan jika pada tahun 1550, Sultan Sulaiman sukses mendirikan Universitas As-Sulaimaniyyah sebagai bentuk perwujudan dari kecintaannya terhadap ilmu pengetahun. Sama seperti halnya pembangunan masjid Agung Sulaiman, pembangunan perguruan tinggi itu dilakukan oleh arsitek ulung bernama Mimar Sinan. Sultan Sulaiman wafat pada usia 71 tahun saat berada di Szgetvar, Hongaria pada tanggal 5 Juni 1566 M.[5] Secara hampir bersamaan, pendirian Masjid Agung Sulaiman selesai dibangun di tahun 1566. Jasad Sulaiman dimakamkan di Masjid Agung Sulaiman yang berada di kota Istanbul, Turki. Kehebatan dan kebaikannya selama memimpin kesultanan Usmani hingga kini tetap dikenang.

B.     Kebijakan Politik Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M).
Sejarah hidup dan kepemimpinan Sultan Sulaiman menunjukkan kharisma tinggi. Sultan Sulaiman tampil dengan ketangkasan dan kelembutannya sekaligus. Hal tersebut dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman yang dialaminya sejak masih remaja. Sehingga ketika menjadi Sultan, pola kepemimpinannya digandrungi oleh rakyatnya yang beragam di berbagai daerah taklukannya. Lawan dan kawannya kagum terhadap kebijakannya. Sultan Sulaiman adalah penguasa kuat yang merakyat. Baginya, setiap rakyat di Kesultanan Usmani memiliki hak yang sama. Tak ada pemberadaan pangkat dan derajat. Kebebasan dan toleransi menjalankan kehidupan beragama pun dijunjungnya.
Sejarah hidup Sultan Sulaiman sebagai Pemimpin yang memegang pucuk kejayaan Turki Usmani, dinyatakan untuk mengetahui sikap dan kebijakan politiknya. Sultan Sulaiman dalam menjalankan politik kekuasaannya adalah dengan mememilih gubernur yang benar-benar berkualitas. Tujuannya agar pemerintahannya kuat dan dicintai rakyat. Popularitas dan status sosial tak menjadi syarat dalam mencari kandidat gubernur. Ia sendiri yang turun langsung menyelidiki kepribadian setiap calon gubernur. Setiap gubernur yang dipilih dan dilantiknya adalah sosok pemimpin yang besih dan benar-benar berkualitas. Itulah mengapa, wilayah kekuasaan Usmani Turki yang begitu luas bisa bersatu dan tumbuh dengan pesat menjadi sebuah kekuatan yang sangat diperhitungkan di dunia.
Gubernur yang dipilih langsung oleh Sultan Sulaiman, bertujuan untuk menyeimbangkan struktur pemerintahan. Karena struktur pemerintahan itu sangat penting dalam stabilisasi daerah-daerah kekuasaannya. Maka dapat disebutkan jika suatu ekspansi akan sempurna apabila dikuatkan oleh terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas, sultan-sultan Turki Usmani, termasuk Sultan Sulaiman senatiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-A’zham (perdana menteri), diikuti Pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati). Struktur pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman diatur oleh sebuah kitab undang-undang (qanun) yang dibuat oleh Sulaiman sendiri. Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi undang-undang bagi kerajaan Turki Usmani sehingga datangnya reformasi pada abad ke-19.
Ekspansi yang dicapai oleh Sultan Sulaiman meliputi Irak, Bergrado, Pulau Rodhes, Tunisia, Budapest, dan Yaman. Maka luas wilayah Turki Usmani mencakup Asia Kecil, Armedia, Irak, Syiria, Hijaz, Mesir, Libya, Tunis, dan al Jazair, serta di wilayah Eropa meliputi Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Romania.[6] Perluasan yang berhasil dilakukan oleh Sultan Sulaiman ini, merupakan lanjutan dari Sultan Salim I dan Al-Fatih. Pasa sejarawan menulis bahwa, dengan jatuhnya Konstantinopel oleh Al-Fatih, pengaruhnya sangat besar bagi Turki Usmani. Kesemuanya itu diwariskan kepada Usmani. Dari segi letak kota itu sangat srategis karena menghubungkan dua benua secara langsung, Eropa dan Asia. Penaklukkan kota itu memudahkan mobilisasi pasukan dari Anatolia ke Eropa.[7] Dengan begitu, maka Sultan Sulaiman sebenarnya tinggal melanjutkannya saja. Walaupun, Sultan Sulaiman pada akhirnya membuat peta ekspansi tersendiri.
Sultan Sulaiman bukan hanya sultan yang paling terkenal dikalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke-16 ia adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang saleh, ia mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima kali dan berpuasa dibulan Romadhan, jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sangsi badan.[8] Sulaiman juga berhasil menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa turki dengan tulisan tangannya sendiri.[9] Bahkan Ulama dan sejumlah karyanya dihasilkan pada masa Sultan Sulaiman adalah Mustafa Ali (1541-1599), ahli sejarah. Diantara karyanya adalah Kunh al-Akhbar, yang berisi sejarah dunia dari Adam As sampai Yesus, sejarah Islam awal hingga Turki Usmani.
Pantaslah Sultan Sulaiman mendapat gelar al-Qanuni yang artinya sang “Pemberi Hukum”. Penyematan gelar itu merupakan bentuk penghomatan rakyat atas kepiwaiannya mengatur pemerintahan. Pada masanya, Sultan Sulaiman meminta Ibrahim al Halabi untuk menyusun sebuah kitab undang-undang (Qanun), bernama Multaqa al Abrar yang menjadi dasar hukum bagi kekasisaran Turki Usmani hingga datangnya reformasi pada abad ke 19. Keagungan raja besar itu tidak hanya diakui oleh rakyatnya, bahkan oleh bangsa Eropa pun mengenalnya sebagai “Yang Agung”.[10] Bahkan Sebagai pewaris kekhalifahan Islam, dalam dinasti Usmani, Agama menduduki tempat signifikan dalam struktur sosial dan politik masyarakat Turki Usmani.  Fatwa seorang Syaikhul Islam (Mufti) dijadikan sebagai hukum yang berlaku, tanpa legitimasi mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan. Dengan demikian ulama mempunyai peran besar dalam kerajaan dan masyarakat.
Khazanah Sejarah Islam menulis bahwa, para pemimpin Kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan Kerajaan Usmani sehingga mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja. Pengorganisasian yang baik dan srategi tempur militer Usmani berlangsung dengan baik.[11] Setelah Sultan Sulaiman I, Kerajaan Turki Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian, jiwa atau watak kepemimpinan serta tidak sesuai dengan tuntutan pada masa itu. Mereka juga kurang terlibat lansung dalam administrasi negara, dan juga dalam peperangan melawan musuh, mereka banyak larut dalam kehidupan istana.[12]
Sesudah Sultan Sulaiman Kerajaan Turki Usmani tidak lagi mempunyai sultan-sultan yang dapat diunggulkan. Sejak pemerintahannya, kekuasaan Turki Usmani sudah mulai diungguli oleh kekuatan Eropa secara perlahan-lahan.[13] Padahal pada masa Sultan Sulaiman menjadi khalifah, gejolak teredam dari daerah-daerah kekuasaannnya. Hal itu disebabkan oleh sikap toleransi Sultan Sulaiman kepada rakyat di daerah-daerah tersebut. Sejarah mencatat, bahwa Sultan Sulaiman pernah memberikan sertifikat tanah kepada para pengungsi Yahudi yang diusir dari Spanyol setelah runtuhnya pemerintahan Islam di sana. Hingga kini dokomentasinya masih terdapat di Istambul, Turki. Raja Perancis pernah dilindungi oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni ketika diancam oleh musuh-musuhnya.
Sejarawan Will Durant dalam The Story of Civilization, menggambarkan hal ini dalam tulisannya : “Para Kholifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Kholifah telah mempersiapkan berbagai kesempatan bagi siapapun yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setalah masa mereka“.[14]
Abdul Karim menulis bahwa, pada saat Eroap terjadi pertentangan antara Katolik dan Proterstan, yang diantaranya lari untuk minta suaka politik kepada Khalifah Sulaiman. Mereka diberi kebebasa dalam memilih agama, dan diberikan tempat di Turki Usmani.[15] Lord Cerssay menyatakan, bahwa pada zaman di mana dikenal ketidakadilan dan kelaliman Katholik Roma dan Protestan, maka Sultan Sulaimanlah yang paling adil dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.[16]

BAB III
Kesimpulan
Dinasti Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya dimasa Sultan Sualiman al-Qanuni atau Sulaiman yang Agung. Sultan Sulaiman dalam peradaban bangsa barat disebut sebagai pemimpin Muslim yang bergelar 'Solomon the Magnificient' atau 'Solomon the Great'. Sulaiman tersohor sebagai negarawan Islam yang terulung di zamannya. Kharisma kepemimpinannya yang begitu harum membuat Sulaiman dikagumi kawan dan lawan. Sulaiman lahir di Trabzon, kawasan pantai Laut Hitam pada tanggal 6 November 1494. Usia 17 tahun dia ditunjuk sang ayah untuk menjadi gubernur pertama Provinsi Kaffa (Theodosia), pada hahun 1511 dan naik tahta menjadi sultan ke-10 Kesultanan Usmani, pada usia 25 tahun.
Sulaiman sangat terpengaruh oleh visi Aleksander dalam membangun sebuah kerajaan yang dapat berkuasa dari Timur hingga Barat. Selama berkuasa selama 46 tahun, Sultan Sulaiman begitu banyak mencapai kemenangan dalam berbagai peperangan. Sehingga, wilayah kekuasaan Kesultanan Usmani terbentang dari Timur ke Barat. Selain di bidang pemerintahan dan kebijakan politik dan penerapan hukum-hukum yang berlandaskan syariat Islam, Sultan Sulaiman juga turut memajukan kebudayaan.
Gubernur dipilih langsung oleh Sultan Sulaiman, dengan tujuan untuk menyeimbangkan struktur pemerintahan. Karena struktur pemerintahan itu sangat penting dalam stabilisasi daerah-daerah kekuasaannya. Dalam mengelola wilayah yang luas, sultan-sultan Turki Usmani, termasuk Sultan Sulaiman senatiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-A’zham (perdana menteri), diikuti Pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati). Struktur pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman diatur oleh sebuah kitab undang-undang (qanun) yang dibuat oleh Sulaiman sendiri. Sultan Sulaiman merupakan pemimpin yang paling adil pada rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam di zaman kekuasaan Katholik dan Protestan tidak adil di Eropa.




Daftar Pustaka

Ahmad, Akbar S. Citra Muslim. Jakarta: Erlangga, 1992
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2009
Heri Ruslan, Sulaeman Al-Qanuni, Pemimpin Agung dari Abad XVI. Khazanah: REPUBLIKA, 09 Juni 2008
Hitti, Philip K. History of the Arabs. Jakarta: Serambi. 2010.
Lubis, Amany dkk. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Syarif. 2005.
Maarif, Ahmad Syafii. Sejarah pemikiran dan peradapan Islam. Yogyakarta: Pustaka Book  Publisher, 2007
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI-Press, 1985
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, hal. 132
http://www.globalmuslim.web.id/2009/10/beberapa-tanggapan-terhadap-khilafah.html


________________________________________
[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 193
[2] Heri Ruslan, Sulaeman Al-Qanuni, Pemimpin Agung dari Abad XVI, (Khazanah: REPUBLIKA, 09 Juni 2008), hlm. 5, kolom mozaik
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Heri Ruslan menulis hari wafatnya pada tanggal 5 September Tahun 1566
[6] Amany Lubis, dkk. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2005). Hal. 192
[7] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009)  hlm. 199-200 lihat juga, Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2009) hlm. 132
[8] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2009 cet.II), hlm. 314
[9] Ahmad Syafii Maarif, Sejarah pemikiran dan peradapan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book  Publisher, 2007). hlm. 314.
[10] Philip K. Hitti. History of Arabs. (Jakarta: Serambi, 2010. Cet. I.) Hlm. 911
[11] Samsul Munir Amin, Ibid. hlm. 200-201
[12] Akbar S. Ahmad, Citra Muslim, ( Jakarta: Erlangga, 1992), hlm. 73
[13] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, ( Jakarta: UI-Press, 1985), hlm. 87
[14] http://www.globalmuslim.web.id/2009/10/beberapa-tanggapan-terhadap-khilafah.html
[15] M. Abdul Karim, ibid.
[16] Ashrafuddin Ahmed, Maddhyajuger Muslim Itihash, (1258-1800 M). (Dhaka: Cayonika, 2003), hlm. 269 dalam M. Abdul Karim, ibid.


KEBIJAKAN POLITIK SULTAN SULAIMAN AGUNG (1520 -1566) KEBIJAKAN POLITIK SULTAN SULAIMAN AGUNG (1520 -1566) Reviewed by Unknown on 1:04:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.