Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch

Revolusi Sajadah

Busur tanpa panah seakan hijrah yang hilang arah.
Panah tanpa busur hanyalah rindu yang letih dan pantang dikubur.
Pagi ini ada malaikat bertanya padaku, perihal panah, busur dan juga sajadah.
Seperti cinta yang telah kehilangan aura, sajadah digelar sebagai senjata, dan aneka bunga tak sempat diajak bercanda.
Dalam bening air wudlu, kudengar suara gaib dalam aliran darahku.
Kusimak dengan seksama bisikan dari langit dalam detak jantungku.
Revolusi membutuhkan puisi, sebab sajadah yang kehilangan arah hanya akan menjadi auman serigala.
Revolusi sajadah tak boleh salah, sebab kiblat yang sesungguhnya bukanlah kebencian dan ego diri.

Revolusi Melati

Revolusi akan datang menjelang pagi. Entah dalam mimpi atau saat kening dan sajadah bertemu sebelum subuh di sudut hati.
Revolusi tak lahir dari deru dan desing peluru, tapi dari debu dan desah rindu.
Bukalah jendela kamar dan pintu rumahmu, berkacalah pada indahnya mawar dan wangi melati.
Saat bening embun meleleh di kelopak dua mata, ada mata air cahaya yang memancar di langit rindu, juga sebutir debu yang bersujud di bumi kelu.
Pahlawan tak lahir di ujung jari, dari sakit hati atau purbasangka dan revolusi tak akan terjadi di sayap merpati.
Pahlawan tak perlu puji dan sembah, atau kata-kata penuh puja agar tampak jumawa.
Revolusi bisa bermula dari secangkir kopi, setelah kompor dan korek api berbisik di ruang sunyi.

Puisi lainnya:  Revolusi Sajadah dan Balada Wiro Sableng – Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch
Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch Reviewed by Unknown on 6:43:00 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.